body {cursor: url(http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/cowdancelinkselect.gif),auto; }

Sabtu, 16 November 2013

muntah dan gumoh



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.
1.2    Rumusan Masalah
Dalam membuat makalah penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
·     Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi ?
·     Apa penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi ?
·     Apa tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi ?
·     Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi ?

1.3  Tujuan Penulisan
Dalam membuat makalah penulis mempunyai Tujuan Penulisan sebagai berikut :
·     Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi.
·     Untuk mengetahui apa penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.
·     Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.
·     Untuk mengetahui bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada Bayi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
MUNTAH
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum:1991 dalam Asuhan pada Anak Dengan Gangguan Sistem Integument, 2005). Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung (Depkes RI). Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat terjadi berbagai gangguan.
GUMOH/REGURGITASI
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes 2007). Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007).
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak. Namun, regurgitasi dianggap abnormal apabila terjadi terlalu sering atau hampir setiap saat. Juga kalau terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi juga saat tidur. Selain itu juga pada gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis yang diistilahkan dengan refluks esofagus.
   Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan muntah, gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk mengeluarkan atau memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar sendiri). Si bayi ketika gumoh mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau dalam keadaan berbaring atau bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif. Muntah merupakan aksi reflek yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
2.2  Etiologi
       MUNTAH
Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi. Selain itu muntah juga disebabkan oleh gangguan psikologis seperti keadaan tertekan atau cemas, terutama pada anak yang lebih besar.
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu:

  1. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
  2. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll.
  3. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar. 

GUMOH
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi :

  1. Anak/bayi yang sudah kenyang
  2. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung
  3. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
  4. Kegagalan mengeluarkan udara.
  5. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai keusus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi muntah lambung bayi punya kapasitas sendiri.
  6. Posisi Menyusui        
  7.  Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencerna, tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh.
  8. Pemakaian bentuk dot    
    Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
     
  9.  Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna   Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung, diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna
  10. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna
  11. Terlalu aktif    Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh 

2.3  Patofisiologi
MUNTAH
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :

  1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
  2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
  3. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka


GUMOH
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir.
Hal tersebut disebabkan karena otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
2.4  Tanda dan Gejala
MUNTAH
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :

  1.  Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
  2. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
  3. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
  4. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
  5. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

      GUMOH
·       Gumoh merupakan pengeluarkan kembali susu saat diberikan, Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari dan tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
·    
2.5  Komplikasi
MUNTAH
  1. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan alkaliosis.
  2. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis. 
  3.  Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock)
  4. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.
GUMOH
  1. Infeksi pada saluran pernafasan.
  2. Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.
  3. Nafas terhenti sesaat.
  4. Bayi tersedak dan batuk.
  5. Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
  6. Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.
2.6  Sifat Muntah
  1. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
  2. Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke duodenum).
  3. Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
  4. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran empedu.
  5. Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi usus.
2.7 Diagnosa
       MUNTAH
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berdasarkan peningkatan pengeluaran cairan melalui muntah.
  2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan intake akibat anoreksia.
  3. Kerusakan pertukaran gas berdasarkan obstruksi jalan nafas.
  4. Gangguan rasa nyaman nyeri berdasarkan iritasi pada saluran pencernaan(faring dan esofagus).
      GUMOH
Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah makan.
Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan menghindari konflik emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.
2.8 Pencegahan
       MUNTAH
  1. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
  2. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
  3. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
  4. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
  5. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
GUMOH
  1. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
  2. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
  3. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
  4. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
  5. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
  6. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
  7. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu
  8. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
  9. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
  10. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
  11. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
  12. Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.
2.9 Penatalaksanaan
       MUNTAH
  1. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
  2. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
GUMOH
  1. Bersikaplah tenang.
  2.  Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru).
  3. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
  4. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
  5. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi. 
2.10  Asuhan Bidan
MUNTAH
  1. Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
  2. Kaji faktor dan sifat muntah.
  3. Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka 
  4.  kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
  5. Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicuriagai adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
  6. Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
  7. Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intracranial.
  8. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
  9. Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
  10. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
  11. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
   GUMOH
  1. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
  2. Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
  3. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI. 


BAB III
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan
3.2 Saran
  • Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak    sekitar 30 menit setelah menyusu.
  • Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
  • Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
  • Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
  • Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menyusu.
DAFTAR PUSTAKA

       Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
     Sudarti, Afroh Fauziah.2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
       Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta
       Nur Muslihatun, Wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta

Minggu, 21 April 2013

Striae gravidarum pada ibu hamil

BAB I
 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Striae gravidarum adalah garis yang terlihat pada kulit perut wanita hamil. Striae atau guratan, terjadi pada hampir 90% ibu hamil, guratan di perut ini terjadi akibat peregangan kulit sejalan dengan membesarnya rahim dan dinding perut. Sebenarnya, guratan tidak hanya muncul di perut, tetapi juga bisa muncul di payudara dan paha.
 Guratan yang muncul bentuknya mirip garis-garis berlekuk di permukaan kulit dengan warna agak putih. Terkadang muncul juga rasa gatal di guratan dan sekitarnya. Guratan ini biasanya berkurang dan lama-kelamaan akan memudar.
Tak sedikit ibu yang mengeluh soal striae gravidarum saat hamil dan setelah melahirkan. Ya, selain tidak nyaman di tubuh, penampilan pun jadi tergores keindahannya. Walau tak bisa dihilangkan 100 persen, keberadaannya bisa diminimalisasi dengan perawatan kulit sejak dini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Striae Gravidarum
2.1.1 Definisi                                           
Striae gravidarum merupakan tanda parut yang berupa guratan-guratan putih yang memanjang dengan pola yang tidak beraturan. Striae gravidarum ini terbentuk karena adanya peregangan pada kulit sedangkan jaringan elastisnya pada bagian bawah kulit robek akibat adanya peregangan tersebut. Untuk ibu hamil, tentunya sangat rentan terkena striae gravidarum, karena kulit banyak mengalami peregangan akibat adanya pembesaran kehamilan dari bulan ke bulannya.
Menurut penelitian American Academy of Dermatology, lebih dari 90%  wanita memiliki striae gravidarum ketika masa kehamilan mereka mencapai usia 6 sampai 7 bulan. Striae gravidarum sendiri muncul akibat adanya peregangan lapisan dasar kulit selama kehamilan dan biasanya kemunculannya ditandai dengan dengan garis berwarna merah muda atau keunguan pada bagian perut atau dalam beberapa kasus juga terdapat di bagian dada dan paha. Untungnya, garis-garis ini akan memudar dan berubah warna menjadi perak seiring dengan berjalannya waktu yang membuat garis-garis ini menjadi samar dan tidak terlalu terlihat.
Kita ketahui bahwa kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan yang teratas epidermis, lapisan tengah dermis, dan lapisan yang ketiga atau terdalam adalah subcutan. Munculnya striae gravidarum ini sangat berpengaruh dengan lapisan dermis, karena lapisan ini berfungsi untuk mendukung kulit, dan menjaganya agar tetap mulus. Lapisan ini, terdiri dari jaringan elastis yang membuat kulit mampu meregang sesuai kebutuhan tubuh. Tapi bila tubuh semakin membesar dalam tempo singkat, seperti saat hamil, serat ini akan melemah dan akhirnya pecah akibat kulit yang menipis. Karena itu, munculnya striae gravidarum ditandai dengan menyebarnya pembuluh darah melalui lapisan dermis ke lapisan kulit epidermis yang menipis.
Striae gravidarum merupakan hal yang wajar, karena wanita hamil mengalami pembesaran pada perut sebagai tanda berkembangnya janin di dalam rahim. Wanita hamil juga biasa mengalami kenaikan badan yang cukup signifikan. Rata-rata, minimal kenaikan berat badan 10 kg terjadi pada wanita hamil. Sehingga kulit meregang tidak hanya pada bagian perut, juga pada lengan, payudara, pinggul, paha, dan bokong.
Striae gravidarum terbentuk akibat tidak mampunya lapisan dalam kulit atau dermis yang terdiri dari serat-serat elastis yang disebut elastin atau kolagen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan rentang kulit yang terjadi pada masa kehamilan. Jaringan yang rusak tersebut akan terhubung dengan lapisan bawah kulit yang akhirnya membentuk striae gravidarum. Keadaan striae gravidarum pada kehamilan itu sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi hormon kehamilan  dan peregangan dinding perut yang berlebihan.



2.1.2 Cara Mencegah atau meminimalisir Striae Gravidarum
Cara terbaik yang bisa ibu hamil lakukan adalah dengan mencegah atau meminimalisir striae gravidium dengan kebiasaan sehari-hari, seperti:
1. Cukupi kebutuhan ibu hamil akan konsumsi air putih. Ibu hamil harus di biasakan mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari, hal ini dapat membantu kulit menjaga elastisitasnya sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya striae gravidarum. Selain itu untuk menambah elastisitas kulit, ibu hamil bisa menggunakan pelembab di area yang rawan terkena.
2. Jaga kondisi kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan jangan sampai mengalami kenaikan yang terlalu drastis. Selama kehamilan kenaikan normal berat badan ibu hamil antara 12 - 15. Jika kenaikan berat badan terlalu drastis, selain kurang baik bagi kehamilan, juga tentunya kulit akan terlalu banyak mengalami peregangan yang menyebabkan ibu hamil rentan akan terkena striae gravidarum.  
3. Konsumsi makanan yang sehat juga makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan dapat membantu mencegah terjadinya striae gravidarum. Selain itu konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, E dan C seperti wortel, susu atau telur.
4. Jangan menggaruk kulit yang gatal pada bagian yang sering timbul striae gravidarum. Karena garukan akan menarik dan meregangkan kulit lapisan luar dan tengah sehingga akan lebih membantu terjadinya striae gravidarum. 

2.2 Teori Tentang Filosofi Kebidanan
2.2.1 Pengertian Filosofi
Filosofi kebidanan merupakan Keyakinan atau pandangan hidup bidan sebagai kerangka berpikir dalam memberi pelayanan kesehatan.
Ditinjau dari segi bahasa :    
  • Filosofi : Filsafat, falsafah
  • Secara harfiah filosofi adalah cinta pada kebijaksanaan (Neil Thompson, 2001:64)
  • Filosofi adalah ilmu yang mengkaji tentang akal budi mengenai hakikat yang ada (sebab, asal dan hukumnya) (kamus ilmiah populer, 2002).
  • Filosofi adalah angapan, pandangan hidup, sikap batin yang paling umum yang dimiliki orang atau masyarakat (KBBI).    
2.2.2 Pendapat Para Ahli
Filosofi merupakan disiplin ilmu yang memperhatikan dan menggali dalil-dalil yang ada untuk dilaksanakan dalam keidupan sehari-hari. Jadi Filosofi adalah disiplin ilmu yang difokuskan pada pencarian dasar-dasar dan penjelasan yang nyata (Chinn & Kramer, 1991:17).
Garis besar filosofi adalah pendekatan berpikir tentang kenyataan, termasuk tradisi, agama, aliran yang di anut oleh keberadaan dan fenomena. Filosofi adalah pendekatan berfikir tentang kenyataan meliputi tradisi, agama, marxime,existentialisme dan fenomena yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Jadi Filosofi diartikan sebagai ilmu tentang sesuatu di sekitar kita dan penyebabnya (Pearson dan Vaughan, 1988).
Filosofi adalah ungkapan seseorang tentang nilai, sikap, dan kepercayaan meskipun pada waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan kepercayaan kelompok yang lebih sering disebut ideologi (Moya Davis, 1993).
Filosofi adalah sesuatu yang bisa memberikan gambaran dan berperan sebagai tantangan untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan praktek profesional.
2.2.3 Filosofi Kebidanan menyatakan bahwa :
1. Profesi kebidanan secara nasional diakui Undang – undang maupun Peraturan pemerintah yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara internasional diakui dalam International Confederation Of Modwiferea (ICM), International Federation of Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) dan WHO.
2. Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan profesi bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan ditujukan dalam rangka program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Perinatal (AKP), Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pelayanan Ibu hamil, melahirkan, nifas, Pelayanan Keluarga Berencana (KB), Pelayanan kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu memperoleh pelayanan kesehatan aman dan memuaskan dan kebutuhan serta perbedaan budaya.
4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, menopause adalah proses fisiologis dan sebagian kecil membutuhkan intervensi medik.
5. Persalinan merupakan proses alami, normal namun bila tidak dikelola dengan tepat menjadi abnormal.
  6. Setiap individu berhak dilahirkan secara sehat, untuk itu setiap WUS, bumil, melahirkan, dan bayinya mendapat pelayanan berkualitas.
7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga membutuhkan persiapan mulai anak menginjak dewasa.
8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan kesehatan.
9. Intervensi Kebidanan bersifat komprehensif yaitu upaya promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif ditunjukkan kepada individu keluarga dan masyarakat.
10. Manajemen Kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan bidan yang profesional dan interaksi sosial serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat malendasi manajemen secara terpadu.
11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan berbagai strata alam.
2.2.4 Filosofi Kebidanan menegaskan tentang:
1.  Keunikan bidan dalam memberikan layanan kesehatan pada ibu dan bayi.
2. Menghargai martabat manusia sebagai mana mestinya serta membela kaum perempuan dengan memberikan pelayanan yang lebih baik.
3.  Bekerja sama dengan wanita dan petugas lain dalam kemitraan.
4.  Pusat pelayanan kebidanan adalah peningkatan kesehatan, pencegahan dan memandang kehamilan serta persalinan sebagai suatu peristiwa kehidupan yang normal.
2.2.5 Filosofi Kebidanan meliputi:
1.  Keyakinan tentang kehamilan dan persalianan
Bidan yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah dan bukan suatu penyakit, namun tetap perlu diwaspadai karena kondisi yang semula normal dapat tiba – tiba menjadi tidak normal.
2.  Keyakinan tentang wanita             
Bidan yakin bahwa perempuan meupakan pribadi yang unik, mempunyai hak mengkontrol dirinya sendiri, memiliki kebutuhan, harapan dan keinginan yang patut dihormati.
3.  Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya
Fungsi utama asuhan kebidanan adalah memastikan kesejahteraan perempuan bersalin dan bayinya. Bidan mempunyai kemampuan mempengaruhi klien dan keluarganya.
4.  Keyakinan tentang pemberdayaan dan pembuatan keputusan
Bidan yakin bahwa pilihan dan keputusan dalam asuhan kebidanan patut dihormati. Keputusan yang dipilih merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga, dan pemberi keputusan.
5.  Keyakinan tentang asuhan                            
Bidan yakin bahwa fokus asuhan kebidanan adalah upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan yang menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan dan objektif, konseling dan menfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, asuhan kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati dan mengoptimalkan wanita serta keluarganya.

6.  Keyakianan tentang kolaborasi
Bidan meyakini bahwa dalam memberikan asuhan harus tetap mempertahankan, mendukung dan menghargai proses fisiologi. Intervensi dan penggunaan teknologi dalam asuhan hanya bedasarkan indikasi. Bidan adalah praktisi yang mandiri, yang bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan anggota tim kesehatan lainnya.
7.  Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya
Bidan meyakini bahwa mengembangkan kemandirian profesi, kemitraan dan pemberdayaan wanita serta tim kesehatan yang lainnya selama pemberian asuhan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Normal And Natural Childbirth
Striae gravidarum merupakan hal yang wajar terjadi pada ibu hamil, karena wanita hamil mengalami pembesaran pada perut sebagai tanda berkembangnya janin di dalam rahim. Wanita hamil juga biasa mengalami kenaikan badan yang cukup signifikan. Rata-rata, minimal kenaikan berat badan 10 kg terjadi pada wanita hamil. Sehingga kulit meregang tidak hanya pada bagian perut, juga pada lengan, payudara, pinggul, paha, dan bokong. Untungnya, garis-garis ini akan memudar dan berubah warna seiring dengan berjalannya waktu yang membuat garis-garis ini menjadi samar dan tidak terlalu terlihat
3.2 Continity Of Care
Striae gravidarum sebenarnya dapat memudar dengan seiring berjalannya waktu. Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan dapat memberi tahu ibu bagaimana cara untuk memudarkan atau meminimalisirnya saja, sebab striae gravidarum tidak dapat dihilangkan 100 persen. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menganjurkan ibu untuk membiasakan mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari, hal ini dapat membantu kulit menjaga elastisitasnya, Selain itu untuk menambah elastisitas kulit, ibu hamil bisa menggunakan pelembab di area yang rawan terkena striae gravidarum. Selanjutnya, anjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makannya agar selama kehamilan tidak mengalami kenaikan yang terlalu drastis. Jika kenaikan berat badan terlalu drastis, selain kurang baik bagi kehamilan, juga tentunya kulit akan terlalu banyak mengalami peregangan dan mengingatkan juga pada ibu untuk tidak menggaruk kulit yang gatal pada bagian yang sering timbul striae gravidarum. Karena garukan akan menarik dan meregangkan kulit lapisan luar dan tengah.
3.3 Empowering Women
Peran bidan disini adalah memberi kekuatan seperti support kepada ibu agar ibu tidak cemas dan tidak khawatir akan striae gravidarum yang dialaminya tersebut, sebab striae gravidarum memang sering dialami oleh ibu hamil dan juga bekas perenggangan kulit dapat memudar dengan seiring berjalannya waktu.
3.4 Informed Choice
        Seorang bidan harus memberikan informasi yang jelas mengenai striae gravidarum, agar ibu hamil tersebut memahami dengan jelas apa yang sedang dialaminya. Striae gravidarum bukanlah perubahan kulit yang hanya dialami oleh beberapa wanita saja teteapi kebanyakan dari ibu hamil mengalaminya.  Striae gravidarum itu sendiri disebabkan oleh pertumbuhan janin, usia kehamilan dan penambahan berat badan.

3.5 Women And Family Patnership  
Bidan dan keluarga harus bekerjasama dalam membuat seorang ibu merasakan bahwa yang dialaminya tersebut adalah hal yang wajar, terutama seorang suami karena suami merupakan orang terdekat dari istri. Dengan adanya support dan perhatian dari orang-orang tersayang maka diharapkan ibu tersebut tidak merasakan bahwa striae gravidarum merupakan masalah besar yang dapat menjadikan perubahan fisik yang berpengaruh besar pada dirinya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa striae gravidarum merupakan hal yang wajar, karena wanita hamil mengalami pembesaran pada perut sebagai tanda berkembangnya janin di dalam rahim. Wanita hamil juga biasa mengalami kenaikan badan yang cukup signifikan. Rata-rata, minimal kenaikan berat badan 10 kg terjadi pada wanita hamil. Sehingga kulit meregang tidak hanya pada bagian perut, juga pada lengan, payudara, pinggul
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan diantaranya adalah seorang ibu hamil harus dibiasakan mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari, menggunakan pelembab di area yang rawan terkena striae gravidarum, jaga kondisi kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan jangan sampai mengalami kenaikan yang terlalu drastis, konsumsi makanan yang sehat juga makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin A, E dan C selanjutnya jangan menggaruk kulit yang gatal pada bagian yang sering timbul striae gravidarum karena akan menarik dan meregangkan kulit lapisan luar dan tengah sehingga lebih membantu terjadinya striae gravidarum.
 
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Amalia. 2012. Filosofi Kebidanan, (Online), (http://amaliandini.wordpress.com/2012/10/06/filosofi- kebidanan/.html, diakses 6 Januari 2013).
Haryati. 2010. Stretch Mark Pada Ibu Hamil, (Online), (http://pondokibu.com/stretch-mark-pada-ibu-hamil.html, diakses 6 Januari 2013).
Nolan, Mary. 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta : Arcan
Prawiraharjo, Sarwono .2002. Pelayanan Kesehatan Matemal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.          
Ratna, Ajeng. 2009. Stretch Marcks, (Online), (http://konsultasi-spesialis-obsgin.blogspot.com/2009/04/stretch-marks.html, diakses 6 januari 2013).
Simkin, Penny, dkk. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, & Bayi. Jakarta : Arcan.
Suryani, Soerpadan. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.