BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau
dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan
pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
Dengan
pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang
terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita
temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak
segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun,
tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat
dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang
seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan
sendirinya.
Oleh karena
dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang sesuai
agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah
pengetahuan tentang masalah pada bayi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam membuat makalah penulis mempunyai rumusan
masalah sebagai berikut :
·
Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi ?
·
Apa penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi ?
·
Apa tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi ?
·
Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam membuat makalah penulis mempunyai Tujuan
Penulisan sebagai berikut :
·
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan muntah dan
gumoh pada bayi.
·
Untuk mengetahui apa penyebab dari muntah dan gumoh
pada bayi.
·
Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari muntah dan
gumoh pada bayi.
·
Untuk mengetahui bagaimana cara menangani, muntah dan
gumoh pada Bayi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
MUNTAH
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum:1991 dalam Asuhan pada Anak Dengan Gangguan Sistem Integument,
2005). Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung (Depkes RI).
Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat terjadi
berbagai gangguan.
GUMOH/REGURGITASI
Regurgitasi
adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan
tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes 2007). Gumoh adalah
keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah
minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007).
Regurgitasi
yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi dibawah usia
6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia diatas
6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak. Namun, regurgitasi
dianggap abnormal apabila terjadi terlalu sering atau hampir setiap saat. Juga
kalau terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi juga saat tidur.
Selain itu juga pada gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang seperti ini tentu
saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis yang
diistilahkan dengan refluks esofagus.
Regurgitasi
atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan muntah, gumoh terjadi
secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk mengeluarkan atau
memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar sendiri). Si bayi ketika
gumoh mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau dalam keadaan berbaring
atau bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif. Muntah merupakan aksi
reflek yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan
paksa melalui mulut.
2.2 Etiologi
MUNTAH
Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti kelainan
kongenital dan infeksi. Selain itu muntah juga disebabkan oleh gangguan
psikologis seperti keadaan tertekan atau cemas, terutama pada anak yang lebih
besar.
Ada beberapa
gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu:
- Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
- Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll.
- Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.
GUMOH
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi :
- Anak/bayi yang sudah kenyang
- Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung
- Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
- Kegagalan mengeluarkan udara.
- ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai keusus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi muntah lambung bayi punya kapasitas sendiri.
- Posisi Menyusui
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencerna, tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh.
- Pemakaian
bentuk dot
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi muntah - Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung, diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna
- Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna
- Terlalu aktif Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh
2.3 Patofisiologi
MUNTAH
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang
melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses
muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
- Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
- Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
- Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka
GUMOH
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian
gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah
diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling
rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke
atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir.
Hal tersebut disebabkan karena otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja
dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan
yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi
tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya
kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum
100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
2.4 Tanda dan Gejala
MUNTAH
Ada beberapa gangguan yang dapat
diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
- Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
- Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
- Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
- Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
- Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
GUMOH
· Gumoh merupakan pengeluarkan kembali susu saat diberikan, Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali
sehari dan tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
·
2.5 Komplikasi
MUNTAH
- Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan alkaliosis.
- Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
- Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock)
- Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.
- Infeksi pada saluran pernafasan.
- Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.
- Nafas terhenti sesaat.
- Bayi tersedak dan batuk.
- Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
- Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.
2.6 Sifat Muntah
- Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
- Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke duodenum).
- Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
- Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran empedu.
- Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi usus.
2.7 Diagnosa
MUNTAH
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berdasarkan peningkatan pengeluaran cairan melalui muntah.
- Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan intake akibat anoreksia.
- Kerusakan pertukaran gas berdasarkan obstruksi jalan nafas.
- Gangguan rasa nyaman nyeri berdasarkan iritasi pada saluran pencernaan(faring dan esofagus).
GUMOH
Sebagian
besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan mengeluarkan udara
yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan sebelum terjadi
gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu
penumpahan kembali merupakan kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan
pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa
diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah
makan.
Dengan
menangani bayi secara hati-hati dengan menghindari konflik emosional serta
dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak lebih rendah
dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks gastroesofageal lazim
ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.
2.8 Pencegahan
MUNTAH
- Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
- Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
- Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
- Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
- Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
GUMOH
- Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
- Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
- Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
- Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
- Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
- Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
- Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu
- Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
- Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
- Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
- Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
- Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.
2.9 Penatalaksanaan
MUNTAH
- Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
- Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
GUMOH
- Bersikaplah tenang.
- Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru).
- Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
- Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
- Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.
2.10 Asuhan Bidan
MUNTAH
- Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
- Kaji faktor dan sifat muntah.
- Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka
- kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
- Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicuriagai adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
- Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
- Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intracranial.
- Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
- Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
- Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
- Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
GUMOH
- Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
- Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
- Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah
adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah
makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan abdomen.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir
bahkan kadang disertai dengan darah.
Baik gumoh
dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi
seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah)
atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan
3.2 Saran
- Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
- Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
- Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
- Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
- Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menyusu.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudarti. 2010. Kelainan
dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti, Afroh Fauziah.2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta
Nur Muslihatun, Wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta